Wednesday 17 November 2010

buka mata rasa

refleksi atau proyeksi?
kenapa kita dapat merasa ya?kenapa harus rasa?kenapa tidak diciptakan rumus empirik untuk sebuah penyelesaian rasa yang tidak sekedar simbolik,tapi aplikatif?misalkan jika kita sedih maka penyelesaiannya adalah 1/a + 1/b = 1/s.di mana a dan b adalah komponen kesedihan yang memiliki tegangan berbeda,s adalah kesedihan total karena walau a dan b adalah komponen yang sama untuk kesedihan tapi memiliki tegangan berbeda,itu kenapa ditulis dalam bentuk pembagian.oh atau jika kita sedang buntu,terdesak banyak tuntutan lingkungan sekitar atas sebuah keputusan,maka penyelesaiannya adalah |x+y|= 0,untuk kemutlakan dari hasil negatif atas keputusan,tetap dinilai positif dan berujung netral.tidak menjadi 'cap' permanen baik atau buruk tapi netral!

andai itu bisa diaplikasikan,tidak hanya hiperbol layaknya sebuah pepatah,hanya perumpaman tidak kelak menjadi penyelesaian yang sempurna.jadi ini adalah refleksi atau proyeksi?
saat kita menyakiti,untuk sebuah jalan yang dikira lebih baik,maka proyeksi dari sikap itu akhirnya jatuh tegak lurus di bidang asal,ya kita yang telah menyakiti.saat hujat dan pembelaan menghujani,maka kata'lebih baik' jadi terlihat 'lebih buruk',hasilnya sebuah nilai negatif.itulah saat kita harus merefleksi semuanya.

peristiwa memang tidak bicara dengan kata terbuka,mata rasa kuncinya.kecewa,sedih,bosan,ketir-ironis dan suka sangat adil bertebaran di dalam rasa.mari membuka mata rasa untuk menyelesaikan semuanya,gelisah harapan belum berakhir,tangis ibu masih menanti dan tawanya masih menyertai.selaraskan barat-timur untuk materialisme-intelektualisme-individualismenya dengan spiritualisme-perasaan-kolektivismenya.hey,logika bukan segalanya!apalagi untuk seorang wanita,lembut akan rasa adalah kemuliaan yang tidak dapat didustai.belajarlah menerima dan jalani kodrat,kamu bisa!

No comments:

Post a Comment